Saturday, March 21, 2020

Hati Yang Memberi




Ibu ini bernama Sutini, usianya 85 tahun, tinggal di satu gang sempit di area sebuah makam di Surabaya.
Beliau menempati satu kamar sesak dengan perabot seadanya.
Cukup sulit menjangkau tempatnya, jalan setapak di sisi selokan berwarna hitam penuh sampah, lendir dan kecoa.

Bu Sutini hidup sebatang kara, tanpa keluarga dan sanak saudara. Beliau hidup dari belas kasihan orang-orang di sekitarnya.
Namun hidup Bu Sutini penuh dengan energi positif, semangat yang tak pernah padam, senyum yang selalu menghiasi wajah keriputnya, tak ada muram ataupun gundah.
keceriaan dan kedamaian selalu mengiringi wajah tuanya.

Sekali dalam sebulan, aku dan beberapa teman mengunjunginya, sekadar bertemu untuk menanyakan kabar dan kesehatannya. Tak jarang juga melantunkan doa bersama untuk Bu Sutini dan semua disana.
Kami sekadar memberi perhatian dan kebaikan untuk mereka yang nyaris terlupakan.

Kembali aku belajar arti sebuah syukur lewat Bu Sutini, hidup yang keras dan pedih tidak memupus rasa syukur di hatinya, semua beliau jalankan dengan lapan dada, serta keyakinan bahwa Tuhan selalu ada memelihara hidupnya.

Sudahkah kita bersyukur hari ini?


No comments:

Post a Comment

Ketidak Sempurnaan

  Menulis adalah mencintai ketidaksempurnaan. Siapa bilang kepercayaandiri hanya milik para orang tua yang sarat asam garam kehidupan? Sia...